Selasa, 25 November 2008

Thariq bin Ziyad, Panglima Penakluk Spanyol

Dakwah — “Wahai
saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian,
ke manakah kalian akan lari?, Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah kejujuran
dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar dari pada
anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut
dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian
tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari barang-barang
yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari-hari ini kalian
masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang berarti, niscaya
nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada hati musuh akan berganti
menjadi berani kepada kalian. Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa kalian ?”

Pidato di atas yang masih ada lanjutan yang panjang ini begitu menggetarkan,
terlebih lagi ia diucapkan setelah adanya seruan untuk berjihad dan mati syahid.
Pidato terkenal ini dilontarkan oleh seorang panglima perang Islam ketika hendak
menaklukkan negeri Andalusia (Spanyol). Ialah Thariq bin Ziyad.

Nama pejuang Islam ini begitu harum, hingga harus diabadikan untuk sebuah semenanjung
perbukitan karang setinggi 425 m di pantai tenggara Spanyol, Gibraltar atau
Jabal Tariq.
Mengenai asal-usul dan sejarah hidupnya, sangat sedikit buku sejarah yang menceritakannya.
Thariq bin ziyad berasal dari bangsa Barbar, mengenai sukunya, para sejarawan
masih berbeda pendapat; dari suku Nafza atau suku Zanata. Ia bekas seorang budak
yang kemudian dimerdekakan oleh Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara dan
di tangan Musa ini pula ia memeluk agama Islam bersama orang-orang Barbar lainnya
yang tunduk di bawah kekuasaannya setelah menaklukkan daerah Tanja. Di kisahkan
bahwa setelah masuk Islam, mereka menjalankan agama Islam dengan baik. Oleh
karena itu, sebelum Musa pulang ke Afrika, ia meninggalkan beberapa orang Arab
untuk mengajari mereka Al-Qur’an dan ajaran-ajaran Islam. Setelah itu Musa mengangkat
Thariq, yang merupakan prajurit Musa yang terkuat, menjadi penguasa daerah Tanja,
ujung Maroko dengan 19.000 tentara dari bangsa Barbar, lengkap dengan persenjataannya.

Pada bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711 M), Thariq bin Ziyad mendapat perintah
dari Musa bin Nushair untuk menyerang semenajung Andalusia. Dengan 7000 prajurit
yang sebagian besar dari bangsa Barbar, Thariq menyeberangi selat Andalusia
yang jaraknya hanya 13 mil dengan perahu-perahu pemberian Julian, gubernur Ceuta
di Afrika Utara, yang bersekutu dengan kaum muslimin untuk menentang raja Roderick,
penguasa kerajaan Visigoth di Andalusia. Setelah mendarat di pantai karang yang
kemudian dinamai Gibraltar, Thariq beserta pasukannya berhadapan dengan 25.000
prajurit Visigoth. Pada mulanya kedatangan pasukan Thariq ini membuat heran
Tudmir, penguasa setempat yang berada di bawah kekuasaan Raja Roderick, karena
mereka datang dari arah yang tidak diduga-duga, yaitu dari arah laut. Walaupun
jumlah pasukan kaum muslimin jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan musuh,
namun jumlah yang banyak tersebut tidak membuat gentar pasukan kaum muslimin,
terlebih setelah mereka mendengarkan pidato panjang yang membuat jiwa mereka
menggelora yang disampaikan oleh panglima mereka, Thariq bin Ziyad. Akhirnya
pertempuran ini dimenangkan oleh Thariq dan Raja Roderick sendiri tewas dalam
pertempuran tersebut.

Kemudian Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa. Lalu dikirimlah 5000
prajurit yang sebagian besar berasal dari bangsa Barbar. Satu demi satu kota-kota
di Andalusia berhasil diduduki tentara Thariq; Toledo, Elvira, Granada, Cordoba
dan Malaga. Antara musim semi sampai musim panas tahun 711 H, Thariq telah berhasil
menguasai separuh wilayah Andalusia. Dalam kitab Tarikh al-Andalus, disebutkan
bahwa sebelum meraih keberhasilan ini, Thariq telah mendapatkan firasat bahwa
ia pernah bermimpi melihat Rasulullah saw bersama keempat khulafa’ al-rasyidin
berjalan di atas air hingga menjumpainya, lalu Rasulullah saw. memberi tahukan
kabar gembira bahwa ia akan berhasil menaklukkan Andalusia. Kemudian Rasulullah
saw. menyuruhnya untuk selalu bersama kaum muslimin dan menepati janji.

Setelah meraih kemenangan ini, Thariq menulis surat ke Musa, mempersembahkan
kemenangan kaum muslimin ini. Dalam suratnya itu ia menulis: Saya telah menjalankan
perintah anda. Allah telah memudahkan kami memasuki negeri Andalusia.

Tidak ada komentar: