Rabu, 25 Februari 2009

Hyperbillirubin (Bayi Kuning)

Sekitar 40-50 persen bayi lahir cukup bulan,jelas dr.Purnamawati S. Pujiarto, SpA(K), MMPaed., mengalami kuning. "Biasanya kuningnya itu disebut kuning fisiologis alias bukan karena kelainan atau penyakit melainkan fungsi organnya, yaitu hati, belum matang." Yang seperti ini, lanjutnya, biasanya tak berbahaya karena akan cepat teratasi dengan berjalannya waktu.

Bayi kuning, ungkap spesialis anak dari Bagian Hepatologi Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta ini, disebabkan meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Normalnya, secara berkala sel darah merahnya akan dipecah. Nah, kandungan "sampah" dari proses pemecahan itu disebut
bilirubin indirek. Semasa janin, bilirubin indirek ini akan dibuang oleh plasenta dan masuk ke hati ibu untuk selanjutnya diproses di hati menjadi bilirubin direk dan dibuang tinja. Bilirubin indirek memang harus dibuang karena dalam kadar tinggi dapat bersifat sebagai racun.

Segera setelah lahir, bayi harus mengolah sendiri bilirubin indirek di hatinya. Tapi karena fungsi hatinya belum sempurna lantaran belum matang, "Proses penghancuran dan pembuangan bilirubin jadi lambat, hingga bilirubin indireknya tetap tinggi. Fungsi tersebut baru bisa berlangsung normal bila organ hatinya sudah matang, yakni sekitar 3- 4 hari setelah lahir." Saat itu hati sudah mampu mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk, sekaligus membuangnya.  Makanya, bayi kuning fisiologis biasanya akan mulai terlihat di hari kedua dan akan mencapai puncaknya pada hari ketiga sesudah lahir. "Mulanya kuning di sekitar wajah lalu menjalar ke tubuh. Bayinya, sih, tetap terlihat aktif dan sehat. Menyusu dan tangisnya juga kuat." Melewati hari ketiga, kadar bilirubin pelan-pelan menurun dan umumnya di hari ke-7 bayi tak kuning lagi.


PATOKAN PENTING
Bayi kuning sebetulnya bisa dideteksi orang tua lewat warna mata bayi. Yang perlu dipahami, kuningnya karena fisiologis atau akibat penyakit. Untukitu, ada sejumlah patokan yang patut dipelajari:
. Jika kuningnya timbul dalam 24 jam pertama setelah Jika dalam sehari kadar bilirubin meningkat secara pesat atau progresif.
. Jika bayi tampak tidak aktif, tak mau menyusu, cenderung lebih banyak tidur, disertai suhu tubuh yang mungkin meningkat atau malah turun.
. Jika bayi kuning lebih dari dua minggu.
. Jika air kencingnya berwarna tua seperti air teh.


Nah, bila itu yang terjadi, jangan buang waktu, segera bawa anak ke dokter agar tak berakibat fatal. Sebab, seperti dijelaskan Wati, "Kadar bilirubin indirek yang terlalu tinggi dapat merusak  sel-sel otak hingga bayi mengalami kejang-kejang dan di kemudian hari bisa memunculkan kelainan neurologis." Dalam keadaan sehat dan normal, otakmemiliki pelindung hingga tak sembarang zat bisa menembusnya. Sementara pada bayi yang sakit berat, pelindung tadi ikut terganggu fungsinya. Akibatnya, zat-zat yang bersifat toksik atau racun, termasuk bilirubin indirek, bisa menembus dan masuk ke sel-sel otak. Dampak jangka pendek, bayi akan mengalami kejang-kejang. Sementara jangka panjang,  anak bisa mengalami cacat neurologis. Jadi, penting sekali mewaspadai keadaan umum si bayi. Kalau kondisinya baik, tetap aktif, orang tua tak perlu cemas. Lain halnya bila bayinya tidur terus, emoh menyusu, sering muntah, pasif, suhunya berubah (panas atau dingin), "Bayi harus terus dimonitor secara ketat."


AKIBAT KOLESTASIS
Bilirubin direk juga bisa menyebabkan bayi kuning akibat organ hati berkelainan/sakit. Kolestasis; apa pun kelainan  pada hati atau sistem empedu ini, jelas Wati, menyebabkan terganggunya proses pembuangan semua bahan toksik yang seharusnya dibuang oleh hati dan saluran empedu ke tinja. Akibatnya, bahan beracun tersebut menumpuk di hati dan menyebabkan kerusakan sel-sel hati. "Bila keadaan ini berlangsung lama dan terus-menerus, satu saat hati mengalami komplikasi berat yang disebut sirosis. Dalam hal ini sel-sel hati diganti oleh jaringan ikat hingga hati menciut, keras, dan tak dapat lagi menjalankan fungsinya yang sangat vital bagi kehidupan si individu. Sekilas, gejala kolestasis sama dengan kuning fisiologis. "Tapi pada kolestasis, umumnya air seni berwarna gelap akibat keluarnya bilirubin direk di urin. Yang jelas, penyakit ini perlu segera ditangani dokter. Ketidaktahuan, kesalahan, atau keterlambatan diagnosa dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan bayi, penyakit hati yang
berlangsung kronis, dan berkomplikasi sirosis yang ujungnya berakhir dengan kematian." Secara garis besar, kolestasis dibagi dua, yakni, akibat kelainan di dalam hati, atau akibat kelainan saluran empedu di luar hati.


Penyebab kolestasis di dalam hati dibagi dua yaitu:
. Akibat infeksi virus, kuman/bakteri, parasit. Semua infeksi berat di mana mikroorganisme tadi sudah memasuki peredaran darah, dapat menyebabkan kolestasis, karena dibawa oleh darah ke hati dan merusak sel-sel hati. Sebagian besar kolestasis pada bayi baru lahir yang disebabkan infeksi virus akan berakhir dengan kesembuhan. Sedangkan yang diakibatkan infeksi berat (sepsis), memerlukan terapi antibiotik yang tepat.


. Bukan disebabkan infeksi. Penyebabnya, antara lain, penyakit akibat gangguan metabolisme (bisa karbohidrat, protein atau lemak maupun gangguan metabolisme asam empedu). Penyebab lainnya adalah kelainanbawaan/kongenital, gangguan pembentukan saluran empedu di dalam hati, kerusakan hati akibat obat, sindrom down, atau kelainan hormonal seperti hipotiroid, dan sebagainya. Sementara gejala klinisnya, antara lain, air seni berwarna cokelat atau kuning tua, warna tinja amat pucat atau selang-seling dengan warna kuning. Umumnya terjadi gangguan pertumbuhan sejak bayi lahir (berat lahir kurang). Menurut Wati, sepertiga dari kolestatis memerlukan upaya operasi, yang dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan agar hasilnya optimal.


Kuning Yang Berisiko
Berikut faktor penyebab munculnya kuning yang bukan fisiologis dan berisiko membahayakan bayi.
. Infeksi berat : Infeksi yang berat dapat meningkatkan proses pemecahan sel darah merah hingga bayi tampak kuning. Infeksi berat yang dimaksud adalah infeksi di mana kuman atau mikroorganisme penyebab infeksi tersebut sudah menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Jadi, bukan infeksi yang terbatas di satu area saja, semisal di tenggorokan atau telinga.
. Kekurangan enzim G 6 PD (glukosa-6-fosfat dehidrogenase): Enzim ini dibutuhkan oleh rangkaian reaksi yang berfungsi menghasilkan sumber energi bagi sel darah merah agar bisa menjalankan fungsi metabolismenya. Bila sel darah merah kekurangan enzim ini, energi pun berkurang. Akibatnya, sel darah merah akan mudah pecah atau rusak.


. Beda golongan darah dengan ibu :
Ketidakcocokan golongan darah dapat terjadi bila ibu rhesus negatif dan anaknya rhesus positif atau bila ibu golongan darah O dengan bayi golongan darah non-O. Namun demikian biasanya perbedaan ini sudah sejak awal diketahui dokter kandungan hingga dapat  dilakukan antisipasi yang diperlukan guna mencegah terjadinya peningkatan bilirubin indirek yang drastis. Di lain pihak, pada ketidakcocokan golongan darah O, bila perlu dokter mempertimbangkan transfusi tukar/ganti darah (exchange transfusion).


. Penyakit genetik : Ada beberapa penyakit karena genetik di mana organ hati tak punya enzim untuk mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk. Namun kondisi seperti ini relatif jarang terjadi.


Batas Normal Bilirubin dan Terapi

Pada bayi baru lahir, jelas Wati, pemeriksaan bilirubin umumnya sudah termasuk dalam pemeriksaan rutin bayi baru lahir. "Dalam sekali pengambilan darah, umumnya sudah termasuk untuk memeriksa golongan darah, hormon tiroid gondok, dan enzim tertentu di darah yang biasa disebut G-6-PD.

Wati juga menyebutkan, batas normal bilirubin bayi baru lahir tak lebih dari 10 mg/dl. Lebih dari itu, biasanya akan diberi terapi sinar (blue light) saat berada di rumah sakit. Terapi ini bertujuan mengubah bilirubin indirek yang toksik menjadi zat yang tidak toksik. Lama-sebentarnya penyinaran berbeda pada setiap bayi. Pada bayi kuning fisiologis yang lahir cukup
bulan, dengan terapi sinar sehari saja kadar bilirubinnya sudah turun. Sementara bayi lahir prematur mungkin perlu waktu lebih lama lagi untuk menurunkan kadar bilirubinnya. Bayi prematur memang termasuk rentan mengalami kuning karena organ tubuhnya belum tumbuh
sempurna. Sementara mengurangi kuning pada bayi dengan cara menjemurnya di matahari pagi, menurut Wati, sudah harus ditinggalkan karena fungsinya ternyata memang bukan membantu mengubah bilirubin indirek.  "Boleh-boleh saja menjemurnya di matahari pagi. Namun tujuannya semata agar bayi kena sinar matahari, terutama untuk vitamin D yang diperlukan tulang. Sebaiknya lakukan pagi hari dan tak perlu lama-lama."